Halaman

Senin, 28 Januari 2013

Hati-hati Menguap Bisa Menular

Menguap adalah aktivitas membuka mulut lebar-lebar dan menghirup udara dalam-dalam dan sebanyak-banyaknya!!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, baiknya menutup mulut saat menguap. 

 

Nabi Muhammad SAW mengingatkan hal ini. Menurut beliau, menguap itu adalah perbuatan yang berasal dari setan. Beliau bersabda, “Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari setan. Jika salah seorang kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya, karena setan berupaya untuk masuk dan jika ia katakan ‘aaah …’ maka setan tertawa di dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.” 

 

Al-Imam Malik rahimahullah berkata:

“Mulutnya ditutup dengan tangannya ketika shalat sampai selesai menguap. Jika menguap ketika sedang membaca bacaan shalat, kalau dia memahami apa yang dibaca, maka hukumnya makruh namun sudah mencukupi  baginya (bacaan dia). Tetapi jika tidak memahaminya, maka dia harus mengulangi bacaannya, dan jika tidak mengulanginya, -kalau bacaan tersebut adalah surat Al-Fatihah-, maka itu tidak mencukupi (tidak sah shalatnya), dan kalau selain Al-Fatihah, maka sudah mencukupinya (shalatnya sah).”

 

Dalam kesehatan menguap merupakan sebuah bahasa tubuh, ini adalah gejala bahwa otak dan tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi. Hal ini di pengaruhi oleh 3 hal :

1. Asupan Nutrisi Kurang atau Berlebih

Jelas tubuh kita membutuhkan energi yang cukup untuk beraktifitas setiap hari. Jika asupan nutrisi kurang maka tubuh kita lemas dan butuh istirahat, jika kita paksakan maka gejala menguap tidak bisa kita hindarkan. Sedangkan jika kita makan berlebih (serakah) maka tubuh membutuhkan oksigen cukup banyak untuk memproses makanan dan otak dikorbankan kekurangan oksigen sehingga kita merasa mengantuk.

2. Penyakit yang Menyertai

Hipotensi (darah rendah) dan penyakit patologik pada paru-paru bisa membuat kita sering menguap. Hipotensi membuat aliran darah menurun membuat nutrisi dan oksigen ke otak berkurang sehingga sering pusing dan lesu. Sedangkan kelainan pada paru-paru membuat udara yang kita hirup tidak bisa diproses sempurna sehingga kadar oksigen dalam darah menurun dan membuat otak kekurangan energi dan membuat kita mengantuk.

3. Kurang Istirahat/Tidur

Fungsi tidur hanya untuk refres otak, tapi juga untuk menstabilkan aliran darah dalam tubuh. Saat beraktifitas baik duduk ataupun berdiri posisi otak berada di atas jantung. Jantung adalah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh. Karena hukum gravitasi maka jantung akan lebih mudah memompa darah ke bawah dan membutuhkan tenaga ekstra untuk memompa darah ke atas. Jika kita tidak tidur sehari saja maka akan merasa pusing dan sangat mengantuk sehingga kita tidak bisa menahan nguap, itu dikarenakan jantung sudah tidak kuat untuk memompa darah ke otak. Maka dari itu dianjurkan tidur minimal 6-8jam perhari dengan posisi berbaring agar aliran darah dalam tubuh bisa stabil.

 

Menguap bisa menular dari mana? Saat kita menguap kita menghirup udara sebanyak-banyaknya, sehingga oksigen disekitar kita berkurang, apalagi kalau kita berada di ruang yang sempit dan tertutup. Jika disamping ada teman kita, maka teman kita akan kekurangan oksigen, karena sebagian banyak oksigen telah kita ambil, sehingga dia akan menguap juga untuk merebutkan oksigen, Begitu juga dengan teman kita yang ada disampingnya lagi akan melakukan hal yang sama. Jadinya rebutan oksigen, hehe...

 

Maka dari itu, tutuplah mulut anda saat menguap. Secara norma sopan santun dan agama ini sangat baik serta mencegah kuman-kuman masuk ke mulut kita dan yang paling penting tidak menularkan ke orang lain, hehe... Bisa dibayangkan kalau kita menguap saat sholat berjamaah dan menularkan ke jamaah lainya maka batal semua lah sholatnya, hehe... Selain itu biasakan gaya hidup (lifestyle) yang lebih baik agar tubuh kita tetap sehat.. amin..

 
belive or not

Minggu, 27 Januari 2013

Angklung Alat Musik Masa Depan

       Angklung adalah alat tradisional yang berasal dari Jawa barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu). Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

Secara modern mungkin alat musik asli indonesia ini kurang populer di banding alat musik lainnya seperti gitar dan piano. Memang tidak mudah mempopulerkan alat musik asli indonesia ini. Minat para anak muda pun sangat kurang. Padahal alat musik angklung cukup mudah dimainkan, dibandingkan alat musik lainnya seperti gitar yang membutuhkan ketrampilan lebih untuk bisa memainkannya.


        Inilah salah satu kegiatan non akademik yang diajarkan di PSPA Bima Sakti, Batu. Kegiatan ini sangat bagus terutama untuk mengenalkan dan mempopulerkan alat musik asli Indonesia ini pada anak-anak. Saya berharap nantinya akan banyak sekolah-sekolah yang mengajarkan alat musik angklung ini ke murid-muridnya. Pasalnya alat musik ini cukup mendapat perhatian di dunia seni musik. Jika kita melihat di Youtube cukup banyak video tentang alat musik angklung yang kita temukan, dari membawakan lagu-lagu tradisional sampai lagu modern yang terbaru dan terpopuler, bahkan ada yang membawakannya solo, memadukannya dengan musik band sampai musik orkestra dan beberapa video di lansir tampil di luar negeri. Maka, tidak mustahil jika nantinya angklung akan menjadi alat musik yang populer juga. 

      Jika di dunia musik kita menganal dewa gitar Slash GNR ataupun Maxim Lubarsky seorang pianis master, mungkin suatu saat nanti bakal ada musisi angklung yang menjadi maestro dan tentu saja saya berharap berasal dari Indonesia.

 

 Penampilan angklung anak-anak PSPA Bima Sakti Angkatan I, 2013

Rabu, 02 Januari 2013

SEJARAH SKRIPSI



Apakah skripsi itu?  Dari mana asal usul tradisi ini?  Mengapa mahasiswa harus menulisnya?  Apa bedanya dengan Thesis dan Disertasi di tingkat pasca sarjana?  Inilah beberapa pertanyaan yang akan dibahas dalam artikel ini.

Apabila Anda adalah seorang mahasiswa program S-1, kemungkinan besar Anda akan diwajibkan untuk menulis skripsi di akhir program studi Anda.  Skripsi adalah suatu karya tulis yang berbasis penelitian (perpustakaan atau lapangan).  Untuk memahami mengapa mahasiswa program S-1 umumnya diwajibkan untuk menulis skripsi, ada baiknya kita melihat asal usul tradisi ini.
 

Di zaman dulu, di abad pertengahan di Eropa sana, seorang pekerja yang ingin menjadi anggota asosiasi pekerja harus membuktikan keahliannya dengan menghasilkan suatu karya, yang disebut masterpiece.  Karya ini kemudian diperiksa oleh para pengurus asosiasi, dan kalau yang bersangkutan dinyatakan lulus, ia diberi gelar Master (ahli) di bidangnya dan diterima menjadi anggota asosiasi.

Ketika perguruan tinggi didirikan, para pengelolanya mengadopsi praktek itu sebagai syarat bagi seseorang yang ingin memperoleh gelar Master atau Doktor.  Yang bersangkutan harus terlebih dahulu membuktikan diri mampu melaksanakan penelitian ilmiah dengan baik dan benar.  Saat ini, thesis atau disertasi di perguruan tinggi seluruh dunia berfungsi seperti masterpiece para pekerja di zaman abad pertengahan itu, yaitu bukti atas kemampuan atau keahlian mereka untuk melaksanakan tugas tertentu.
 

Untuk apa mahasiswa diwajibkan menulis skripsi?  Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan mewajibkan Anda (mahasiswa) menulis skripsi antara lain:
1.   Untuk mendorong Anda melakukan penelitian mandiri dan untuk mengembangkan ketrampilan yang diperlukan bagi karir Anda di masa depan.
2.   Memberikan suatu cara yang dapat Anda gunakan untuk membuktikan kemampuan Anda melakukan penelitian dengan standar profesional dan mengkomunikasikannya secara profesional juga. 
3.      Untuk meningkatkan keahlian umum Anda di bidang yang telah Anda pilih.
        
Berikut ini adalah pandangan the Australian Vice-Chancellor's Committee's Academic Standards Panel: Economics (Panel Standar Akademik dari Komisi Rektor Australia di bidang Ekonomi) tentang manfaat pokok adanya penulisan skripsi di program S-1 (Honours). 
1.      Alumni program S-1 (Honours) adalah kelompok elit yang sebagian besar dari mereka akan memasuki dunia kerja profesional yang mandiri.  Dengan demikian, kesempatan untuk melakukan penelitian mandiri dalam jangka waktu yang cukup panjang dengan memperoleh bantuan pembimbing merupakan suatu pemagangan yang akan bermanfaat bagi studi lanjut dan pekerjaan mereka di masa depan.
2.      Skripsi, karena besar dan kualitas kemandirian pekerjaan yang diperlukan, serta adanya pembimbingan dosen, itulah yang membedakan antara tahun honours (tahun ke empat) dengan tahun-tahun sebelumnya.  
3.   Skripsi memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memadukan berbagai aspek bidang studi mereka yang dalam tahun-tahun sebelumnya, telah mereka pelajari sebagai mata kuliah yang terpisah-pisah.
4.  Skripsi merupakan alat penilaian yang amat bagus karena dapat memberikan lingkungan di mana sifat-sifat unggul dari para lulusan kelompok rangking teratas dapat ditunjukkan, yaitu keorisinilan, penguasaan bidang studi dan suatu rasa bagaimana menggunakannya, serta kreatifitas.  Akan jauh lebih sulit untuk mendeteksi adanya sifat-sifat itu melalui ujian atau karya tulis pendek.
5.    Skripsi mengembangkan dan menguji kemampuan mahasiswa untuk mengorganisir dan melaksanakan penelitian yang memerlukan waktu panjang dan menyajikan hasil penelitian yang rumit itu dengan baik.
6.   Skripsi adalah satu-satunya bagian dari tahun honours (tahun ke empat) yang dapat mereka katakan sebagai karya penting mereka sendiri. Mahasiswa cenderung tidak menganggap transkrip nilai matakuliah mereka seperti ini.
Lalu apa bedanya skripsi, thesis dan disertasi?

        Ketiganya mempunyai persamaan yaitu karya tulis berbasis penelitian.  Artinya karya itu merupakan laporan atas penelitian yang telah dilakukan mahasiswa dengan bantuan pembimbing.  Karena merupakan laporan penelitian, maka ketiganya mengikuti format pelaporan yang sama.  Perbedaan ketiga jenis karya itu terletak pada kedalaman, kemanfaatan, tujuan yang ingin dicapai dengan penugasan itu, dan jenjang pemberian tugas tersebut.
1.    Skripsi dijadikan syarat kelulusan di program S-1 (sarjana) dengan maksud memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia dapat menerapkan langkah-langkah pendekatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan melaporkannya secara tertulis.  Biasanya, dalam skripsi tidak dituntut adanya sintesis baru atau penemuan baru.
2.    Thesis dijadikan syarat kelulusan di program S-2 (magister) dengan maksud memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia dapat mebuat suatu sintesis baru atau penerapan pengetahuan yang sudah ada, dan melaporkannya secara tertulis.
3.    Disertasi dijadikan syarat kelulusan di program S-3 (doctor) dengan maksud memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia memahami (mengikuti) perkembangan mutakhir pengetahuan ilmiah di bidang ilmunya  dan memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu itu melalui penemuan baru yang orisinal yang dilaporkannya secara tertulis.

Catatan: Di beberapa perguruan tinggi di luar negeri, hanya mahasiswa yang mempunyai nilai bagus (ranking atas) sajalah yang boleh mengambil program honours dan menulis skripsi.


www.pendidikanislam.net

TIPS MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI


Menghadapi Ujian Skripsi

Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi. Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan, grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.

Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji. Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.

Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.

Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.

Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik. Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.

Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.

Pasca Ujian Skripsi

Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar. Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang selama ini Anda inginkan.

Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?

Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3. Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.

Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat bangkit mengejar ketertinggalan.

TIPS MENULIS DAN MENYUSUN SKRIPSI


Format Skripsi

Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut.

Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.

Pengkajian Teori & Peng embangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas di bab pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bahwabagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan nggak nyambung.

Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.

Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.

Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.

Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda), kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).

Beberapa Kesalahan Pemula

Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.

Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar S1.

Bab I: Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca juga: Joint Hypotheses)

Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.

Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya), bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.

Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi (atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.

Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.